Suatu hari di kantin, saya disapa teman saya yang orang Bengkulu. Walaupun saya orang Palembang, tapi karena akar bahasa sama-sama Melayu, maka tak menghalangi kami menggunakan bahasa daerah. Setelah dia berlalu, teman duduk saya yang rata-rata orang Jakarta dan Bogor langsung menimpali:
"Roaming cuy, tadi ngobrol apa deh? Ajarin doooong".
Terlepas dari respon saya yang hanya cengengesan serta perkataan dia saat itu yang kemungkinan 80% basa-basi dan 20% penasaran, saya jadi kepikiran: "Why not?"
Bahasa Palembang itu cukup mudah bagi penutur bahasa Indonesia. Ganti saja huruf belakang kata Indonesia dengan huruf "o", sisanya yah.. memang kadang bahasa Palembang rada *nyemelo. Mengartikan bahasa Palembang ke bahasa Indonesia jadi gampang-gampang susah akibat kata-kata nyemelo itu.
Saya percaya, salah satu cara paling ampuh dalam mempelajari bahasa asing ialah dengan sering mendengar lagu bahasa tersebut. Tidak terkecuali untuk bahasa daerah. So, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melestarikan kebudayaan daerah, kali ini artikel saya mengulas lagu daerah Sumatera Selatan, tepatnya Palembang yang berjudul *eng ing eng* Pempek Lenjer. Suatu judul lagu yang mencerminkan kekonyolan isi lagu tersebut. Konyol tapi ngangenin.hahha.. Sungguh lho, anda yang orang Palembang pasti cengar-cengir dengar lagu ini. Baiklah, sebelumnya mari kita simak video berikut ini:
#video ini bukan milik saya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
>> Disclaimer: kord yang digunakan berbeda dengan nada dasar video di atas karena kord berikut hasil ngulik sendiri. Lebih kurang mohon maaf, kritik dan saran sangat diharapkan.
(Intro)
A-E-A...
A-E-D-A...
E...
A
Bulet besak panjang mak lengen
A
(Intro)
A-E-A...
A-E-D-A...
E...
A
Bulet besak panjang mak lengen
A
kejel-kejel rasonyo marem
A E A
A E A
Masok ke mulut matonyo mejem
E D A
E D A
mertuo lewat masih ditelen
E A
Kejel keras sudah biaso
A
asak bae iwaknyo teraso
asak bae iwaknyo teraso
A E A
Digoreng pake minyak kelapo
E D A
Digoreng pake minyak kelapo
E D A
jadi nambah lemak rasonyo
#Reff:
A E
A E
Pempek lenjer oi pempek lenjer
A
A
siapo nyingok pastilah ngiler
A E
A E
Pempek lenjer oi pempek lenjer
D E A
D E A
makan sikok pacak kelenger
E A
Mangcek bicek janganlah lupo
A
A
ngawak balek oleh-olehnyo
E A
E A
Pempek lenjer samo cukonyo
E D A
E D A
kito makan besamo-samo
*kembali ke #Reff
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Artinya:
Bulat besar panjang seperti lengan
**kejal-kejal rasanya mantap
Masuk ke mulut mata terpejam
mertua lewat masih ditelan
Kejal keras sudah biasa
asalkan ikannya terasa
Digoreng pakai minyak kelapa
jadi tambah enak rasanya
Pempek lenjer oh pempek lenjer
siapa melihat pastilah tergiur
Pempek lenjer oh pempek lenjer
makan satu bisa ***kelenger
****Mangcik bicik janganlah lupa
bawa pulang oleh-olehnya
Pempek lenjer sama cukanya
kita makan bersama-sama.
#Keterangan:
*nyemelo = nganeh, unik, beda sendiri (dalam artian negatif)
**kejal = sulit dikunyah karena kurang empuk.
***kelenger = kenyang parah. Dalam kalimat lain bisa berarti "pingsan".
****Mangcik bicik = dalam konteks ini bisa dibilang sama dengan "Pakdhe Budhe" dalam bahasa Jawa, "om dan tante" atau "paman dan bibi" dalam bahasa Indonesia.
+bae = saja. Contoh: ambek bae = ambil saja.
#Intermezzo:
*Awalnya saya yakin kejal itu bahasa Indonesia, tapi pas saya cek di KBBI ternyata nggak ada. Keyakinan saya jadi goyah.
**Awalnya saya yakin kelenger itu udah naik kelas jadi bahasa slang yang cukup sering digunakan. Kemungkinan kamu juga pernah dengar brand KlengerBurger yang sempat ngetren itu kan? Saya cek di KBBI sudah pasti nggak ada. Saya cek di google kok jarang ada yang pakai kata ini. Keyakinan saya jadi goyah.
***Riwayat mangcik bicik. Sebenarnya, penggunaannya itu ada aturannya. Misalkan saya anak bungsu dari tiga bersaudara. Lalu masing-masing dari kami punya anak. Bagaimana anak/keponakan tersebut memanggil om dan tantenya?
- Kakak pertama dipanggil Pakwo (paman) atau Makwo (bibi)
- Kakak kedua dipangil Pakngah (paman) atau Makngah (bibi)
- Saya sebagai anak bungsu dipanggil Pakcik (paman) atau Makcik (bibi)
"Pak" bisa diganti "Mang" dari kata Mamang, dan "Mak" bisa diganti "Bi" atau "Bu"
Untuk lebih lengkapnya kapan-kapan saya buat artikel tentang kata sapa dalam bahasa Palembang. Ribet juga ternyata.huhuhu.. All right, thanks for reading dan semoga bermanfaat.
hihihi....nambahin : *nyemelo = "nganeh", unik, beda sendiri (in negative way)
ReplyDeleteoke, segera ditambahkan (y)
Deletedi keluarga saya, dak katek yang namonyo pakwo/ngah atau makwo/ngah. sepergaulan keluarga saya, adanya wakcak-wakcek-wakcik buat orang yang lebih tua (kakak) dari ortu sendiri, mangcak-mangcek-mangcik/bicak-bicek-bicik buat om/tante atau bahasa gaul sepantaran hehe..
ReplyDelete