Skip to main content

Mahasiswa dan Pecahan 100ribu

Entah sejak kapan mesin-mesin ATM yang mejeng di ATM Center di IPB Dramaga cuma nyediain pecahan 100ribu rupiah. Errr, gak tau kalo ATM bank yang di rektorat ya, secara saya jarang banget ngunjungin rektorat kecuali kalo ngumpulin PKM atau ngecek beasiswa *ups*, tapi yang jelas rata-rata mesin ATM di situ hanya menyediakan pecahan 100ribu. Dari sinilah berbagai hambatan, tantangan, gangguan, dan ancaman dimulai..... #jeng jeng

You know what? Ini sering banget terjadi, tapi kita ambil contoh aja kejadian kemarin yang saya alami.
Habis kuliah Metode Karya Ilmiah kemarin, saya laper parah dooong secara dosennya sukses berat bikin  anak sekelas bergidik tentang horornya sidang skripsi kalo kamu gak ngerjain skripsi dengan sungguh-sungguh. Jadilah kami rame-rame makan di kantin kesayangan kami, Blue Corner (BC). Kantin BC ini favorit saya dari jaman semester 3 sampe sekarang (berarti udah 2,5 tahunan) secara makanannya enak dan gak menguras kantong. Ada banyak pilihan di sini, karena lapaknya bervariasi: ada soto di tukang soto, ada nasi goreng dan variasinya di tukang nasi goreng, ada nasi tempe penyet, dsb, dst,, hmmm... #ngelantur

"Bu, pesen kari ayam"
"Pake lontong atau nasi neng?"
"Pake nasi aja bu"
----tunggu 10 menit----
----pesanan datang----
*ngunyah-ngobrol-ngunyah-ngunyah-jurus pamungkas-kandass*

Temen: "Alhamdulillaaaah kenyang,, bayar yok, habis itu shalat. Ngeri telat nih klo sama Bu S**"
Saya: "oke selaw", kataku sambil ngecek dompet.

Saat itulah jantung gue mulai berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang.

"Wid, ada 50ribuan dua gak?", saya tanya temen saya itu.
"Gak ada...", jawab Widya.
"Uh ehm,, teman-teman, ada yang punya 50ribuan dua nggak?", saya bertanya ke anak semeja.
.......siiiiiingg...... *pada geleng-geleng sambil nyeruput mie*

Makanan yang baru saya makan mendadak termetabolisme dengan cepat buat dipake deg-degan. Ya sudah, saya nekat nyoba bayar pake 100ribu ke penjual kari.

"Bu, mau bayar..."
"Oh iya neng, tadi kari ya?"
"Iya..", saya jawab sambil nyodorin 100ribu
Si ibu penjual langsung memandang saya dengan tatapan "please-deh-lo-ngeledek-gue-ye"
"Gak ada uang kecil neng?"
"Nggak ada bu..."
"Jangan pake ini atuh neng.."

Dahsyat... akhirnya saya ngutang ke temen demi bayar pakai uang pas. Padahal saya punya uang, tapi gak bisa dipakai! Ooh duniiaa... #lebay. FYI, harga nasi+kari ayam itu  cukup Rp 6000 sahaja.
 ..................................................................
Itulah sekelumit kisah kasih saya dengan uang 100ribu. Kadang 50ribu aja masih nanya ada uang kecil atau nggak lho.. Dan itu bukan cuma saya yang mengalami, tapi temen-temen saya juga gak jauh beda.
Terus ini semua jadi salah gue? Salah temen-temen gue?? (AADC mode: on)
Kenapa ATM kampus gak ngeluarin uang 50ribu aja? atau 20ribu? Khusus kampus gituu.. Atau gue dan temen-temen gue kudu ngedemo demi hadirnya ATM 20ribu? Itu tuh lebay banget pake demo segala, sama kayak tulisan lebay ini yang ngegede-gedein masalah... Beuh..


*Tips dari penulis, silakan "pecahin" uang di toko-toko terdekat sebelum beli makan di warung. Biasanya minimarket bisa sih, tapi cara ini lumayan beresiko. Soalnya kadang uangmu malah kepake buat beli sesuatu yang tadinya kamu gak perlu.. Misal: cemilan. Saran dari saya, kalo lagi gak butuh apa-apa tapi perlu 'mecahin' uang, mending jajanin buah biar gak boros.
*Terlepas dari lebay tidaknya tulisan ini, penulis masih berharap mesin ATM di kampus ngeluarin uang pecahan 50ribu. :p

Comments

Popular posts from this blog

Lagu India yang Disadur Menjadi Lagu Dangdut

Contek-menyontek udah gak asing lagi di Indonesia, mulai dari bangku sekolah sampai ke tingkat perfilman, ranah permusikan, dan entah apa lagi. Bahkan, musik dangdut yang didefinisikan sebagai " a music of my country" pun gak luput dari praktek ini. Sudah begitu, nyontek dari negara lain pula. Stadium paling parah dari kegiatan contek-menyontek ini -dan sepatutnya dihindari- adalah plagiarisme. Dalam artikel yang dibahas kali ini, saya gak menggunakan istilah plagiat untuk mendefinisikan lagu-lagu dalam daftar yang akan saya jabarkan, melainkan saduran. Soalnya, beberapa lagu merupakan hasil saduran dan kerjasama, meskipun beberapa lainnya kemungkinan besar memang plagiat. Untuk meyakinkan diri "yang mana" menyadur "yang mana", saya usahakan untuk menyertakan tahun rilis masing-masing lagu.   So , berikut beberapa lagu India yang disadur menjadi lagu dangdut, dari yang terang-terangan sampai yang gak disangka-sangka. Biar lebih seru, coba dengar lag

Jingle Iklan Ikonik di Indonesia

Gak terasa bertemu lagi dengan akhir pekan di minggu kedua bulan Juni. Sabtu yang cerah gini enaknya dipakai jalan-jalan sama teman, leyeh-leyeh santai di kamar sambil baca buku, atau hiburan yang paling monoton: nonton TV. Tapi sebenarnya apa sih yang kamu tonton? Kadang nonton TV tuh kayak nonton iklan diselingi acara TV, bukan acara TV yang diselingi iklan. But somehow , semalas apa pun kamu sama pariwara yang berseliweran di televisi, mau gak mau kadang tetap kamu tonton juga. Ngaku deh. Apalagi iklan yang muncul di sekitar jam tayang acara favoritmu. Kalo lagi males ganti channel ya terpaksa dipantengin juga, terutama kalo acara TV lain yang tayang saat itu yang model begini . Akibatnya, dari sekian banyak iklan tersebut ada aja iklan yang nempel di kepala, entah karena tagline nya, plot nya, atau jingle nya. Gak percaya?  Coba baca kalimat di bawah ini tanpa menyanyikannya: "Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya"   Iklan produk te

[Lagu Daerah] Pempek Lenjer -Kord Lirik Arti-

Suatu hari di kantin, saya disapa teman saya yang orang Bengkulu. Walaupun saya orang Palembang, tapi karena akar bahasa sama-sama Melayu, maka tak menghalangi kami menggunakan bahasa daerah. Setelah dia berlalu, teman duduk saya yang rata-rata orang Jakarta dan Bogor langsung menimpali: " Roaming cuy , tadi ngobrol apa deh? Ajarin doooong". Terlepas dari respon saya yang hanya cengengesan serta perkataan dia saat itu yang kemungkinan 80% basa-basi dan 20% penasaran, saya jadi kepikiran: "Why not?" Bahasa Palembang itu cukup mudah bagi penutur bahasa Indonesia. Ganti saja huruf belakang kata Indonesia dengan huruf "o", sisanya yah.. memang kadang bahasa Palembang rada *nyemelo . Mengartikan bahasa Palembang ke bahasa Indonesia jadi gampang-gampang susah akibat kata-kata nyemelo itu. Saya percaya, salah satu cara paling ampuh dalam mempelajari bahasa asing ialah dengan sering mendengar lagu bahasa tersebut. Tidak terkecuali untuk bahasa daerah.