Skip to main content

God Works in Mysterious Way

Mungkin kamu udah sering dengar nasehat, “be careful what you wish for, you just might get it”. Saya tau kalimat itu dari zaman SD, zaman-zamannya saya keranjingan minjem "Goosebumps" di perpus Komperta Plaju. Nah, saya tau kalimat tersebut ya dari buku itu.hahaay.. (ternyata bermanfaat). Saya udah lama gak mikirin kalimat itu, tapi suatu hari sekitar 5 tahun yang lalu saat saya kelas 2 SMA, kalimat itu muncul lagi di kepala gara-gara kejadian ini.

Waktu itu saya udah sering banget mikir pengen ganti kacamata, soalnya kacamata yang saya pake saat itu rasanya udah gak nyaman banget. Gagangnya gak beres akibat terpapar kerasnya kehidupan dunia (baca: sering jatuh). Akhirnya hari itu saya curhat ke kakak.
"Hadeeeuh, pengen ganti kacamata deh. Ini udah gak nyaman banget dipakenya" (sambil betulin posisi kacamata). 
"Bilang ke papa laaah, masa ke kak Osi", kata kakakku yang ketiga.
"Papa kan gak di rumah, lagian nggak enak mau ngomongnya...", kataku beralasan.
Waktu itu papa memang sedang bertugas di luar kota, sementara kami tinggal di Bandung.

Masih di hari yang sama, setelah makan malam saya main ke kamar kakak kedua (btw, saya 5 bersaudara, perempuan semua)
"Kak Fi, kapan-kapan main ke Braga yuk, sekali-kali pengen jalan kaki di daerah itu. Biasanya kan kita numpang lewat doang" (gak tau kenapa tiba-tiba pengen, biasanya saya paling susah diajak jalan).
"Kok tiba-tiba? Biasanya susah banget diajakin", kata kakak.
"Pengen aja, mumpung jalanannya habis dibenerin.. Lagian dari pas pindah ke Bandung (udah setahun) kayaknya belum pernah turun di daerah itu".
"Iya deh, kapan-kapan yaa", kata kakak (yang dari nadanya terdengar echo "kapan yaaaa").

Besoknya, saya berangkat ke sekolah seperti biasa. Syalalaa~wahai ulangan kimiaaa, I'm comiiiing...~
#Ciiiiit,, gubraaak!!#
Sebuah motor menabrak saya dari arah kanan saat saya menyeberang di Jl. Buah Batu, sekitar 80 meter dari sekolah. Pengendara motor kabur dengan gesitnya, sementara orang-orang di sekitar (untungnya) langsung tanggap membawa saya ke pinggir jalan depan toko K**tika S*ri.
"Aaahm,, emmm... hah! kacamata saya?",  kataku sambil celingukan setengah sadar. Waktu itu tampang saya kacau parah pastinya, secara hidung mimisan, bibir pecah, dan betis membiru #eh betis bukan tampang ya.
"Aduh, kacamatanya kelindes mobil neng", ujar salah seorang yang membantu saya.
Haaah,, ya ampun sampai jumpa ulangan kimia, I better get back home. Eh bentar. Saya izin dulu ke sekolah buat gak masuk, pikir saya dalam hati. Dengan dibantu sang penolong, saya berjalan terseok-seok ke sekolah, lalu pulang naik angkot dengan supir yang memandang saya dengan tatapan "ada-apa-ini-ada-apa". Kalo dipikir sekarang, lagi babak belur begitu kok sempat-sempatnya saya jalan kaki ke sekolah minta izin pulang, ckck..

Saya sampai di rumah, membawa kegemparan sementara bagi orang rumah (sementara, soalnya Alhamdulillah lukanya gak serius, cuma ngeledek). Ibu, sebagai orang pertama yang menyambut saya di halaman rumah (with no idea what has happened), adalah orang yang paling kaget dengan kepulangan saya yang dramatis. Saya berbaring sembari menjelaskan kejadiannya, sementara ibu dan kak Fifi mencoba membekukan pendarahan. Setelah kondisi tenang, saya dibawa ke poliklinik untuk cek kesehatan, dan dokter bilang gak ada yang perlu dikhawatirkan. Alhamdulillah yah, sesuatu.. Allah masih sayang padaku. Uhuhuhu...

Hari itu juga, saya mencari kacamata (untuk mengganti kacamata yg terlindas mobil itu #hiks) ditemani ibu dan kak Fifi. You know what? Akhirnya saya mendapatkan kacamata di Optik Tungg*l yang terletak di jalan Braga. Eh bentar. Kacamata di Jalan Braga. Eh that's odd. Keinginan yang saya lontarkan kemarin dikabulkan secepat ini? dan dengan cara seperti ini? Wow,, dikabulkan sih, tapi gak gini juga kaliiii.

Oh well.. Kalo orang bilang "God works in mysterious way", saya percaya.


Comments

Popular posts from this blog

Lagu India yang Disadur Menjadi Lagu Dangdut

Contek-menyontek udah gak asing lagi di Indonesia, mulai dari bangku sekolah sampai ke tingkat perfilman, ranah permusikan, dan entah apa lagi. Bahkan, musik dangdut yang didefinisikan sebagai " a music of my country" pun gak luput dari praktek ini. Sudah begitu, nyontek dari negara lain pula. Stadium paling parah dari kegiatan contek-menyontek ini -dan sepatutnya dihindari- adalah plagiarisme. Dalam artikel yang dibahas kali ini, saya gak menggunakan istilah plagiat untuk mendefinisikan lagu-lagu dalam daftar yang akan saya jabarkan, melainkan saduran. Soalnya, beberapa lagu merupakan hasil saduran dan kerjasama, meskipun beberapa lainnya kemungkinan besar memang plagiat. Untuk meyakinkan diri "yang mana" menyadur "yang mana", saya usahakan untuk menyertakan tahun rilis masing-masing lagu.   So , berikut beberapa lagu India yang disadur menjadi lagu dangdut, dari yang terang-terangan sampai yang gak disangka-sangka. Biar lebih seru, coba dengar lag

Jingle Iklan Ikonik di Indonesia

Gak terasa bertemu lagi dengan akhir pekan di minggu kedua bulan Juni. Sabtu yang cerah gini enaknya dipakai jalan-jalan sama teman, leyeh-leyeh santai di kamar sambil baca buku, atau hiburan yang paling monoton: nonton TV. Tapi sebenarnya apa sih yang kamu tonton? Kadang nonton TV tuh kayak nonton iklan diselingi acara TV, bukan acara TV yang diselingi iklan. But somehow , semalas apa pun kamu sama pariwara yang berseliweran di televisi, mau gak mau kadang tetap kamu tonton juga. Ngaku deh. Apalagi iklan yang muncul di sekitar jam tayang acara favoritmu. Kalo lagi males ganti channel ya terpaksa dipantengin juga, terutama kalo acara TV lain yang tayang saat itu yang model begini . Akibatnya, dari sekian banyak iklan tersebut ada aja iklan yang nempel di kepala, entah karena tagline nya, plot nya, atau jingle nya. Gak percaya?  Coba baca kalimat di bawah ini tanpa menyanyikannya: "Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya"   Iklan produk te

[Lagu Daerah] Pempek Lenjer -Kord Lirik Arti-

Suatu hari di kantin, saya disapa teman saya yang orang Bengkulu. Walaupun saya orang Palembang, tapi karena akar bahasa sama-sama Melayu, maka tak menghalangi kami menggunakan bahasa daerah. Setelah dia berlalu, teman duduk saya yang rata-rata orang Jakarta dan Bogor langsung menimpali: " Roaming cuy , tadi ngobrol apa deh? Ajarin doooong". Terlepas dari respon saya yang hanya cengengesan serta perkataan dia saat itu yang kemungkinan 80% basa-basi dan 20% penasaran, saya jadi kepikiran: "Why not?" Bahasa Palembang itu cukup mudah bagi penutur bahasa Indonesia. Ganti saja huruf belakang kata Indonesia dengan huruf "o", sisanya yah.. memang kadang bahasa Palembang rada *nyemelo . Mengartikan bahasa Palembang ke bahasa Indonesia jadi gampang-gampang susah akibat kata-kata nyemelo itu. Saya percaya, salah satu cara paling ampuh dalam mempelajari bahasa asing ialah dengan sering mendengar lagu bahasa tersebut. Tidak terkecuali untuk bahasa daerah.