Skip to main content

Calon Sarjana

Hellooo again people!
Gak terasa sudah lamaaaa pisan sejak terakhir saya ngepost artikel di blog ini, tepatnya Juni 2015. Dan saiki udah Mei 2016 rek! Artinya saya menelantarkan blog ini hampir setahun dong? Emang empunya blog ke mana aja sii?

Gak kemana-mana kok sist, cuma fokus mengejar karier menyelesaikan skripsi. Iya, skripsi. Tugas akhir menuju gelar sarjana, yang ternyata gak semudah apa yang dibayangkan sebelumnya. Lagian skripsi itu harusnya dikerjain sih, bukan dibayangin. Uhuk.. #quote of the day.

Well, saya termasuk dalam barisan mahasiswa cinta kampus yang rela bertahan menyandang status mahasiswa selama 6,5 tahun. Iyaaa, enam setengah tahun. Makanya perjuangan lulus dari kampus ini terasa berat dan melelahkan. Soalnya di saat sebagian besar teman saya sudah bisa bagi-bagi THR pas lebaran, saya masih keluyuran di kampus keluar-masuk lab, duduk mengantri di depan ruang dosen untuk bimbingan...bersama adik-adik angkatan yang bisa 2-3 tahun di bawah saya. Wah, jangan tanya gimana perasaan saya. Perang batin man!

Yang lucu, suatu hari saya duduk sendirian di depan ruang dosen, menunggu dosen pembimbing (dosbing) yang sedang rapat. Sesosok cewek yang saya identifikasi sebagai adik kelas menghampiri saya.

"Ih, kak Dianita.. Apa kabar?"
"Alhamdulillah sehat, kabar baik.. Kamu apa kabar? Mau ke mana?" 
"Ini, mau ketemu bu Ning" (kebetulan bu Ning ini satu ruang dengan dosbing saya). "Kakak lanjut S2?"

Damn, ni anak gak tau saya belum lulus. Seketika pikiran berkecamuk antara mengatakan yang sebenarnya, atau mengiyakan saja. Akhirnya demi kemaslahatan diri sendiri saya putuskan untuk jujur.

"Hehhe.. (nyengir canggung), saya masih S1 ini.. Ini lagi nunggu Bu Des mau bimbingan."
"Oyaaa? (doi kaget gak dibuat-buat) Iiih kirain teh udah lulus.. kok saya gak tau yaa.. Padahal saya dulu ngefans loh sama kakak..."
Nyari inspirasi di Perpus LSI. Sumber: dokumentasi pribadi.
For the record, saya dulu lumayan eksis di kampus, salah satunya sebagai asisten praktikum. Mendengar testimoni salah seorang fans adik kelas saya, rasanya tuh... Hiks. Jujur aja, saya bukan mahasiswa yang diprediksi bakal telat lulus kayak gini. Bukan bermaksud menyombongkan diri, gini-gini saya pernah berkesempatan presentasi ilmiah di Kyoto University, wara-wiri di unit kegiatan mahasiswa, dan sempet nampil sebagai MC stadium general (oke, saya nyombong). Makanya saya paham kenapa dia bilang "ngefans", walau sebenernya saya gak nyangka ada yang nganggap saya sebagai role-model. Status sebagai "panutan" ini ternyata lumayan jadi beban. Kata orang, "mencapai itu lebih mudah daripada mempertahankan". And now I know that it's true.

Tapi, yaah.. Life must go on.  Di saat ngantri bareng adik kelas seperti inilah saya berkesempatan buat kultum, menasehati dan memotivasi mereka supaya semangat ngerjain penelitiannya. Jadikan saya sebagai contoh untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Memang ada terselip rasa malu, tidak percaya diri, dsb; tapi saya yakin jika kita bisa mengatasinya, di situlah proses pendewasaan itu terjadi, yang membuatmu layak untuk menyandang gelar sarjana.

Ada masa dimana kamu terpeleset, jatuh, tapi toh kamu harus berdiri lagi untuk melanjutkan perjalanan. Untungnya, masih ada teman-teman satu jurusan yang senasib seperjuangan dengan saya. Ber-delapan (dari jumlah awal 60an orang) kami berjuang saling membantu, memotivasi, dan memberi masukan bagi penelitian masing-masing.

Perjuangan ini tidaklah sia-sia. Satu per satu dari kami berhasil check point dengan terbitnya Surat Keterangan Lulus (SKL). Saya sendiri memperoleh SKL pada 5 April 2016 lalu. Sebelumnya, dua teman saya malah sudah sukses mengenakan toga. Dimulai dengan Imam Hidayat yang wisuda pada Desember 2015, disusul Alam Septian pada Januari 2016 lalu. Insya Allah saya segera menyusul tanggal 27 Juli 2016 nanti.

Alhamdulillah, tiada daya dan upaya melainkan karena Allah SWT. Gak ada kata yang bisa mewakili perasaan ini selain syukur dan lega. Terima kasih untuk kedua orang tua yang gak henti-hentinya nelponin nanya kabar skripsi, sampai akhirnya tu skripsi saya tumpas juga demi bisa jawab pertanyaan di telepon. Special thanks untuk Imam yang setia menemani nge-lab sampe jam 3 pagi tiap dua hari sekali selama penelitian, terima kasih juga untuk special guest Dini Aulia Prastiwi yang khusus ke Bogor buat bantu nge-fillet ikan, Nur Syafiqoh yang ngajarin ngerjain TPC, dan hatur nuhun for you guys: Nur Aziezah Hapsari, Rastamauli JR Harahap, Budi D Febriyanto, M Fachrirozi, dan Batara Dharma atas bantuan dan motivasi selama pelaksanaan penelitian. Semoga kita bisa wisuda bareng bulan Juli nanti. Semangat!!

Notes:
# Artikel ini saya dedikasikan untuk kalian, para pejuang skripsi; khususon kamu yang merasa kehilangan arah dan motivasi selama proses pengerjaan skripsi. Juga untuk teman-teman seperjuangan, I wrote your full name so that when you googled your own name you'll come here and read my thought *Gak diubah sampe ada yang protes.

Comments

  1. Kisahnya sangat seru dan menginspirasi saya Kak, semoga makin sukses ya Kak setelah wisuda nanti, aamiin. Semangat! 🙋

    ReplyDelete
    Replies
    1. aaaak ada yang baca!! I'm glad that it inspired you :) Semoga bisa mengambil pelajaran dari tulisan di atas yaa.

      Aamiin ya Rabbal alamiin.. semoga kamu juga makin sukses dunia akhirat yaa, aamiin.. :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lagu India yang Disadur Menjadi Lagu Dangdut

Contek-menyontek udah gak asing lagi di Indonesia, mulai dari bangku sekolah sampai ke tingkat perfilman, ranah permusikan, dan entah apa lagi. Bahkan, musik dangdut yang didefinisikan sebagai " a music of my country" pun gak luput dari praktek ini. Sudah begitu, nyontek dari negara lain pula. Stadium paling parah dari kegiatan contek-menyontek ini -dan sepatutnya dihindari- adalah plagiarisme. Dalam artikel yang dibahas kali ini, saya gak menggunakan istilah plagiat untuk mendefinisikan lagu-lagu dalam daftar yang akan saya jabarkan, melainkan saduran. Soalnya, beberapa lagu merupakan hasil saduran dan kerjasama, meskipun beberapa lainnya kemungkinan besar memang plagiat. Untuk meyakinkan diri "yang mana" menyadur "yang mana", saya usahakan untuk menyertakan tahun rilis masing-masing lagu.   So , berikut beberapa lagu India yang disadur menjadi lagu dangdut, dari yang terang-terangan sampai yang gak disangka-sangka. Biar lebih seru, coba dengar lag

Jingle Iklan Ikonik di Indonesia

Gak terasa bertemu lagi dengan akhir pekan di minggu kedua bulan Juni. Sabtu yang cerah gini enaknya dipakai jalan-jalan sama teman, leyeh-leyeh santai di kamar sambil baca buku, atau hiburan yang paling monoton: nonton TV. Tapi sebenarnya apa sih yang kamu tonton? Kadang nonton TV tuh kayak nonton iklan diselingi acara TV, bukan acara TV yang diselingi iklan. But somehow , semalas apa pun kamu sama pariwara yang berseliweran di televisi, mau gak mau kadang tetap kamu tonton juga. Ngaku deh. Apalagi iklan yang muncul di sekitar jam tayang acara favoritmu. Kalo lagi males ganti channel ya terpaksa dipantengin juga, terutama kalo acara TV lain yang tayang saat itu yang model begini . Akibatnya, dari sekian banyak iklan tersebut ada aja iklan yang nempel di kepala, entah karena tagline nya, plot nya, atau jingle nya. Gak percaya?  Coba baca kalimat di bawah ini tanpa menyanyikannya: "Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya"   Iklan produk te

[Lagu Daerah] Pempek Lenjer -Kord Lirik Arti-

Suatu hari di kantin, saya disapa teman saya yang orang Bengkulu. Walaupun saya orang Palembang, tapi karena akar bahasa sama-sama Melayu, maka tak menghalangi kami menggunakan bahasa daerah. Setelah dia berlalu, teman duduk saya yang rata-rata orang Jakarta dan Bogor langsung menimpali: " Roaming cuy , tadi ngobrol apa deh? Ajarin doooong". Terlepas dari respon saya yang hanya cengengesan serta perkataan dia saat itu yang kemungkinan 80% basa-basi dan 20% penasaran, saya jadi kepikiran: "Why not?" Bahasa Palembang itu cukup mudah bagi penutur bahasa Indonesia. Ganti saja huruf belakang kata Indonesia dengan huruf "o", sisanya yah.. memang kadang bahasa Palembang rada *nyemelo . Mengartikan bahasa Palembang ke bahasa Indonesia jadi gampang-gampang susah akibat kata-kata nyemelo itu. Saya percaya, salah satu cara paling ampuh dalam mempelajari bahasa asing ialah dengan sering mendengar lagu bahasa tersebut. Tidak terkecuali untuk bahasa daerah.