Skip to main content

Mendadak Jawa (1) - Gegar Budaya

Dulu, akibat tuntutan pekerjaan papa yang sering dipindah-tugaskan, saya ikut pindah sekolah dari Palembang (Sumatera Selatan) ke Cilacap (Jawa Tengah). Ini benar-benar hal baru bagi saya, yang waktu itu masih kelas 5 SD. Dan memang kepindahan ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah karier beliau, yang dipindahtugaskan ke daerah lain selain Plaju. Saya tau berita kepindahan papa pun dari si kembar Rina-Rini, teman sekelas saya yang ayahnya merupakan rekan kerja papa.
"Nit, ayahmu mau pindah tugas ya?" ujar Rina.
"Haah? nggak ah.."
"Iya, ayah bilang mau dipindah jadi manager di Cilacap" Rini menambahkan dengan gaya meyakinkan.
Saya sebagai anak dari orang yang diperbincangkan cuma bisa menatap gak yakin. Seumur hidup gak pernah sekalipun terpikir oleh saya tentang dunia lain selain di sini. Ya iyalah.. otak anak kelas 5 SD isinya cuma sekolah sama main.

Malamnya, usai shalat maghrib, papa baru memberi kepastian soal berita tersebut.
"Papa dapat promosi jabatan, tapi pindah tugas ke Cilacap. Mulai tugasnya 2 minggu dari sekarang. Tadinyo nak minta diundur supaya pas dengan kenaikan kelas budak-budak ni, tapi kelamoan gino. Yo liat kagek bae lah mak mano ngaturnya" papa menjelaskan ke ibu di depan saya dan kakak-kakak.
Saya dengan perasaan tak menentu mengikuti kakak-kakak membuka atlas, ngecek peta dimana keberadaan Cilacap. Oooh.. letaknya di Jawa Tengah bagian selatan. Waktu itu Cilacap belum terlalu dikenal karena Nusakambangan belum sering muncul di berita. Singkat cerita, dua minggu kemudian papa sudah bertugas di Cilacap. Untungnya perusahaan masih memberi waktu bagi keluarga saya untuk tetap tinggal di rumah dinas sampai anak-anak siap pindah, dipasin dengan kenaikan kelas.

Lalu, tibalah saat itu, saat dimana saya mau gak mau ikut pindah, setelah 5 tahun sekolah di SD YKPP 2 Plaju namun harus lulus dengan ijazah SD YKPP 2 Cilacap. Maka, dengan dituntun papa, kami sekeluarga naik pesawat dari Bandara Talangbetutu (dulu belum dipindah ke SMB II) menuju Bandara Soekarno-Hatta lalu lanjut naik kereta dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Gumilir. Kesan pertama setelah sampai di Cilacap (tahun 2002) ialah bahwa Cilacap itu tempatnya sepiiiii sekali. Hebatnya, dimana-mana jalanan mulus beraspal, beda dengan Palembang yang dulu (sebelum PON 2004) ramai tapi berkesan semrawut. Pusat perbelanjaan terbesar di Cilacap saat itu ialah Pasaraya Rita, berupa gedung 3 lantai tanpa eskalator maupun lift, berbeda dengan Palembang yang untuk urusan tempat belanja dan hiburan ternyata lebih maju.

Kiri: SD YKPP 2 Plaju, kanan: SD YKPP 2 Cilacap. Sekarang disebut SD Patra Mandiri 2 Plaju dan SD Patra Mandiri 2 Cilacap
Unpacking barang selesai, libur sekolah pun telah usai, saatnya memulai bersekolah di sekolah baru!
Hell yeah, jangan dikira proses adaptasi di sini mulus-mulus aja. Hari pertama di sekolah baru, saya gak diantar ortu. Hari itu seluruh murid dikumpulkan di aula sekolah untuk menyambut tahun ajaran baru dan juga murid-murid baru dari kelas 1 sampai kelas 6. Oleh guru, saya dititipkan ke seorang murid bernama Nurlaeli yang kemudian memperkenalkan saya ke teman-temannya. Anak pertama yang menyapa saya ialah Pupun.
"Ibumu wis bali?" tanya Pupun.
"Hah?"
"Ibumu wis bali?" ulangnya.
"Hmmm?" *muka bingung.
"Ibumu sudah pulang?"
"Oooooh.. sudah..." *mesam-mesem.

Itu baru hari pertama. Suatu hari, seorang anak lelaki bernama Nanda yang duduk di depan saya misuh-misuh karena tinta pena miliknya habis. Dia yang memanggil saya Dian menoleh ke belakang dan bertanya
"Ana pulpen masah ora Yan?"
Well, this is tricky. Ana dan ora itu sering digunakan, jadi saya paham artinya. Tapi apa itu masah?
"Apa?" tanyaku.
"Ada pulpen masah nggak?
"Masah?"
"Walah, deneng ora ngerti masah koh? Masah kuwi... Hmm.. apa ya.."
"Nyala?"
"Lah, bukan nyala. Kalo TV, kuwi nyala. Kalo pulpen kuwi masah" Nanda menjelaskan sambil nyengir puas.
"Ya tapi itu kan maksudnya. Dak katik", ujarku setengah jengkel.
"Apa? katek? Ayam katek? hahahaha..." dia malah makin menjadi-jadi.
"Nggak adaaaaa...!"

Ah, how annoying.. Tapi sebetulnya perbedaan bahasa ini bukanlah masalah besar, hingga kemudian bahasa Jawa ini muncul dalam bentuk mata pelajaran, dan... diujikan. Nah loh! Kepriwe carane saya bisa survive ngerjain ujian mata pelajaran Bahasa Jawa, dengan orang tua yang dua-duanya asli Palembang? I'll update the story soon, so stay tuned! 
*Note: It has been updated! Check this link for "Mendadak Jawa (2) - Menghafal Aksara".

"Terus gue harus bilang WOW gitu??" ala ngapak
*For Your Information:
Cilacap merupakan bagian dari Karesidenan Banyumas, dengan bahasa Jawa dialek Banyumasan yang sering disebut dengan istilah ngapak oleh masyarakat di luar Banyumas. Anyway, saya menemukan bahwa bahasa ngapak ini sering dipandang rendah oleh masyarakat luar Banyumas, walaupun penggunanya sendiri mengaku bangga dengan logat tersebut.

Comments

  1. Nasibnya sama nih Nita sama babeh saya :D
    itu SD YKPP sekarang udah ganti nama jadi Patra Mandiri, masih sering main ke cilacap ga nit??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oyaa? wah, skrng terdampar dimana jef? hehe..
      Udah jarang ke Cilacap, terakhir tahun 2009 lalu. Paling nyaris itu waktu kondangan nikahan tmn di purwokerto tahun lalu. Kangeeeeen, pengen sekali-kali main ke sana lagi. Cilacap udah banyak berubah deh pastinya.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Lagu India yang Disadur Menjadi Lagu Dangdut

Contek-menyontek udah gak asing lagi di Indonesia, mulai dari bangku sekolah sampai ke tingkat perfilman, ranah permusikan, dan entah apa lagi. Bahkan, musik dangdut yang didefinisikan sebagai " a music of my country" pun gak luput dari praktek ini. Sudah begitu, nyontek dari negara lain pula. Stadium paling parah dari kegiatan contek-menyontek ini -dan sepatutnya dihindari- adalah plagiarisme. Dalam artikel yang dibahas kali ini, saya gak menggunakan istilah plagiat untuk mendefinisikan lagu-lagu dalam daftar yang akan saya jabarkan, melainkan saduran. Soalnya, beberapa lagu merupakan hasil saduran dan kerjasama, meskipun beberapa lainnya kemungkinan besar memang plagiat. Untuk meyakinkan diri "yang mana" menyadur "yang mana", saya usahakan untuk menyertakan tahun rilis masing-masing lagu.   So , berikut beberapa lagu India yang disadur menjadi lagu dangdut, dari yang terang-terangan sampai yang gak disangka-sangka. Biar lebih seru, coba dengar lag

Jingle Iklan Ikonik di Indonesia

Gak terasa bertemu lagi dengan akhir pekan di minggu kedua bulan Juni. Sabtu yang cerah gini enaknya dipakai jalan-jalan sama teman, leyeh-leyeh santai di kamar sambil baca buku, atau hiburan yang paling monoton: nonton TV. Tapi sebenarnya apa sih yang kamu tonton? Kadang nonton TV tuh kayak nonton iklan diselingi acara TV, bukan acara TV yang diselingi iklan. But somehow , semalas apa pun kamu sama pariwara yang berseliweran di televisi, mau gak mau kadang tetap kamu tonton juga. Ngaku deh. Apalagi iklan yang muncul di sekitar jam tayang acara favoritmu. Kalo lagi males ganti channel ya terpaksa dipantengin juga, terutama kalo acara TV lain yang tayang saat itu yang model begini . Akibatnya, dari sekian banyak iklan tersebut ada aja iklan yang nempel di kepala, entah karena tagline nya, plot nya, atau jingle nya. Gak percaya?  Coba baca kalimat di bawah ini tanpa menyanyikannya: "Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya"   Iklan produk te

[Lagu Daerah] Pempek Lenjer -Kord Lirik Arti-

Suatu hari di kantin, saya disapa teman saya yang orang Bengkulu. Walaupun saya orang Palembang, tapi karena akar bahasa sama-sama Melayu, maka tak menghalangi kami menggunakan bahasa daerah. Setelah dia berlalu, teman duduk saya yang rata-rata orang Jakarta dan Bogor langsung menimpali: " Roaming cuy , tadi ngobrol apa deh? Ajarin doooong". Terlepas dari respon saya yang hanya cengengesan serta perkataan dia saat itu yang kemungkinan 80% basa-basi dan 20% penasaran, saya jadi kepikiran: "Why not?" Bahasa Palembang itu cukup mudah bagi penutur bahasa Indonesia. Ganti saja huruf belakang kata Indonesia dengan huruf "o", sisanya yah.. memang kadang bahasa Palembang rada *nyemelo . Mengartikan bahasa Palembang ke bahasa Indonesia jadi gampang-gampang susah akibat kata-kata nyemelo itu. Saya percaya, salah satu cara paling ampuh dalam mempelajari bahasa asing ialah dengan sering mendengar lagu bahasa tersebut. Tidak terkecuali untuk bahasa daerah.