Skip to main content

"Bikini Party" untuk Perayaan Kelulusan? Muke gile!!

Terus terang, saya termasuk masyarakat yang geleng-geleng kepala gak habis pikir pas pertama kali lihat berita tentang adanya acara bertajuk "Splash After Class Pool Party (Goodbye UN)" yang diselenggarakan oleh D*v*ne Production. Sekilas memang rasanya gak ada yang salah dengan acara tersebut, tapi coba amati video undangannya di link berikut: You're Invited!!
Kalau gak mau repot, langsung cek undangannya deh..


Dalam undangan tersebut tertulis dress code berupa "Bikini/Summer Dress", padahal acara tersebut jelas ditujukan untuk anak SMA yang -menurut mayoritas penduduk Jakarta- di bawah umur alias belum pantas untuk acara semacam itu. Undangan ini segera menuai kontroversi. Kalau masih bingung juga dengan apa yang terjadi, silakan baca berita yang saya tautkan dari laman Tempo.
Saya paham, dan saya yakin sebagian dari pembaca pun tahu bahwa Pool Party itu sudah bukan hal asing di kota metropolitan seperti Jakarta. Tapi menurut saya, yang jadi masalah di sini adalah:
1. Tema "Goodbye UN"
Pihak penyelenggara menyatakan bahwa mereka mewajibkan peserta yang hadir harus membawa KTP asli karena mensyaratkan batas minimal umur pria yaitu 19 tahun dan wanita 18 tahun. Maka jelas, tema "Goodbye UN" ini rada ngawur. KTP bisa diurus saat penduduk Indonesia berumur 17 tahun, bukan 18 tahun, sementara umur 17 masih dikategorikan "bawah umur". Udah gitu hari gini banyak anak yang ikut kelas akselerasi, jelas makin banyak anak SMA yang lulus sebelum berusia 18 tahun. Padahal, acara semacam ini identik dengan adanya miras, sementara underage drinking is against the law. Bayangin kalo ada apa-apa, masih ortunya juga kan yang nanggung. Singkat cerita, tema itu lebih masuk akal untuk acara seminar bertajuk "Goodbye UN, welcome to SNMPTN".
2. Bawa nama sekolah
Di iklan tersebut dicantumkan sekolah-sekolah yang mendukung kegiatan tersebut, tapi sejauh ini para guru mengaku terkejut dengan adanya acara tersebut. Yang paling ngenes ya yang Muhammadiyah itu, Astaghfirullah.. Lagipula mayoritas pembaca pasti langsung beranggapan itu acara anak SMA begitu lihat iklannya (yang mana menurut pihak penyelenggara pada konferensi persnya menyatakan bahwa itu acara untuk umum, pencantuman SMA itu murni strategi marketing untuk menggaet anak muda).
3. Anak sekolahan
Saya paham bahwa SMA itu masa-masa pencarian jati diri. Tapi justru di saat ini lah saya berharap adik-adik mulai bisa memilih mana yang positif dan mana yang lebih banyak bernilai negatif. Saat kalian pikir masa-masa "sekolahan" yang sulit itu telah terlewati, kalian akan menyadari bahwa masa sekolah itu ternyata baru "pemanasan" sebelum mengambil posisi di garis START.
4. Menyalahi pelajaran PPKn
Baru beres UN, masa langsung lupa pelajaran. Buat kamu yang mungkin berpikir "Hari gini masih kolot? Ini era globalisasi bung, jangan lebay deh". Seriously? Coba ingat-ingat lagi pelajaran PPKn. Saya yakin bu guru bilang "Kita harus bijaksana dalam menghadapi era globalisasi. Ambil positifnya, buang negatifnya". Yang mana menurut saya, acara seperti ini jelas lebih banyak sisi negatifnya dibanding positif.
5. Kita hidup di negara bermoral dan beretika
Menurut saya, ini penting digarisbawahi. Indonesia memang bukan negara Islam, tapi kita adalah negara bermoral dan beretika. Jangan sampai kita kehilangan jati diri dan budaya yang kita agung-agungkan itu.

Menanggapi salah satu komentar seseorang di Youtube yang pro acara bikini party dengan alasan  "Sometimes you need a little fun from long time run on studying, 12 years", menurut saya: memang benar kita butuh refreshing, itu gak salah. Tapi jujur aja bung, masih banyak cara lain buat have fun tanpa nyerempet hal negatif, contohnya seperti ide perayaan kelulusan di >>sini<<. Sekian dari saya, dari pantauan berita terakhir alhamdulillah pihak penyelenggara menyatakan acara tersebut dibatalkan. Semoga kejadian macam begini gak terulang lagi. Semoga.

Comments

Popular posts from this blog

Lagu India yang Disadur Menjadi Lagu Dangdut

Contek-menyontek udah gak asing lagi di Indonesia, mulai dari bangku sekolah sampai ke tingkat perfilman, ranah permusikan, dan entah apa lagi. Bahkan, musik dangdut yang didefinisikan sebagai " a music of my country" pun gak luput dari praktek ini. Sudah begitu, nyontek dari negara lain pula. Stadium paling parah dari kegiatan contek-menyontek ini -dan sepatutnya dihindari- adalah plagiarisme. Dalam artikel yang dibahas kali ini, saya gak menggunakan istilah plagiat untuk mendefinisikan lagu-lagu dalam daftar yang akan saya jabarkan, melainkan saduran. Soalnya, beberapa lagu merupakan hasil saduran dan kerjasama, meskipun beberapa lainnya kemungkinan besar memang plagiat. Untuk meyakinkan diri "yang mana" menyadur "yang mana", saya usahakan untuk menyertakan tahun rilis masing-masing lagu.   So , berikut beberapa lagu India yang disadur menjadi lagu dangdut, dari yang terang-terangan sampai yang gak disangka-sangka. Biar lebih seru, coba dengar lag

Jingle Iklan Ikonik di Indonesia

Gak terasa bertemu lagi dengan akhir pekan di minggu kedua bulan Juni. Sabtu yang cerah gini enaknya dipakai jalan-jalan sama teman, leyeh-leyeh santai di kamar sambil baca buku, atau hiburan yang paling monoton: nonton TV. Tapi sebenarnya apa sih yang kamu tonton? Kadang nonton TV tuh kayak nonton iklan diselingi acara TV, bukan acara TV yang diselingi iklan. But somehow , semalas apa pun kamu sama pariwara yang berseliweran di televisi, mau gak mau kadang tetap kamu tonton juga. Ngaku deh. Apalagi iklan yang muncul di sekitar jam tayang acara favoritmu. Kalo lagi males ganti channel ya terpaksa dipantengin juga, terutama kalo acara TV lain yang tayang saat itu yang model begini . Akibatnya, dari sekian banyak iklan tersebut ada aja iklan yang nempel di kepala, entah karena tagline nya, plot nya, atau jingle nya. Gak percaya?  Coba baca kalimat di bawah ini tanpa menyanyikannya: "Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya"   Iklan produk te

[Lagu Daerah] Pempek Lenjer -Kord Lirik Arti-

Suatu hari di kantin, saya disapa teman saya yang orang Bengkulu. Walaupun saya orang Palembang, tapi karena akar bahasa sama-sama Melayu, maka tak menghalangi kami menggunakan bahasa daerah. Setelah dia berlalu, teman duduk saya yang rata-rata orang Jakarta dan Bogor langsung menimpali: " Roaming cuy , tadi ngobrol apa deh? Ajarin doooong". Terlepas dari respon saya yang hanya cengengesan serta perkataan dia saat itu yang kemungkinan 80% basa-basi dan 20% penasaran, saya jadi kepikiran: "Why not?" Bahasa Palembang itu cukup mudah bagi penutur bahasa Indonesia. Ganti saja huruf belakang kata Indonesia dengan huruf "o", sisanya yah.. memang kadang bahasa Palembang rada *nyemelo . Mengartikan bahasa Palembang ke bahasa Indonesia jadi gampang-gampang susah akibat kata-kata nyemelo itu. Saya percaya, salah satu cara paling ampuh dalam mempelajari bahasa asing ialah dengan sering mendengar lagu bahasa tersebut. Tidak terkecuali untuk bahasa daerah.