Skip to main content

Perjuangan Nonton Film & Baca Buku Harry Potter 1-7

Barusan gak sengaja nonton Harry Potter and The Goblet of Fire di R*TI, jadi ingat masa lalu. Ahaay.. Oke, bukan gak sengaja juga sih. Kalo nonton di TV swasta Indonesia sudah pasti sengaja ya, secara iklannya ter..la..lu.. Kadang yang bikin males nonton film di TV kita tuh karena berasa nonton iklan diselingi film. Iya, iklannya yang diselingi film. Zzzz..

Sumber: en.wikipedia.org


Balik ke topik Harry Potter, saya pertama kenal Harry Potter itu dari baca buku punya sepupu, kira-kira tahun 2000 (15 tahun yang lalu man, gak terasa!). Lucunya, waktu itu yang saya baca ternyata buku HarPot yang kedua, yaitu Harry Potter and The Chamber of Secrets. Tapi itu tak menghalangi saya untuk jatuh cinta dengan buku tersebut. Hahassik. Saya makin excited waktu diumumkan bahwa Harry Potter bakal dibikin filmnya. Saya ingat saat film pertamanya tayang di bioskop tahun 2001, semua orang mendadak ngebahas HarPot. Waktu itu saya masih SD, masih tinggal di Palembang, dan papa masih kerja di pabrik sehingga jaraaaang banget bisa ngajak jalan-jalan. Akibatnya, saya yang waktu itu belum pernah satu kali pun menginjakkan kaki di bioskop cuma bisa "hah heh hoh" aja dengar cerita teman-teman tentang betapa gantengnya Harry Potter di film. Seakan kurang puas ngambo'i , sambil bercerita mereka sibuk mainin pulpen sambil merapal "Wingardium leviosa". Oh well.. "It's Levioosa, not Leviosaa". 
 
Keadaan berubah saat papa dipindah-tugaskan ke Cilacap di tahun 2002, yang mana rumah dinasnya menyediakan TV kabel. Muhahaha.. Cilacap gak ada bioskop man, kalo mau nonton kudu ke Purwokerto. Kalaupun ada, saya rasa juga gak bakal dapat kesempatan nonton karena penyandang dana  papa gak akan setuju.hehhe..  Jadi thanks to Ind*visi*n yang telah mengobati rasa penasaran saya akan wujud Harry Potter karena HarPot tayang di HBO di tahun itu. Woohooo.. Xie xie HBO.. Acara nonton Harpot via HBO terus berlangsung sampai HarPot ke-5: Harry Potter and Order of Phoenix (2007). Sepanjang penungguan itu, untuk mengurangi rasa penasaran, saya berusaha membaca novelnya. Namun, apa daya. Zaman itu saya belum dikasih uang jajan. Untuk mengakalinya, saya meminjam novel HarPot 1-5 secara bergiliran di perpustakaan terdekat.hehhe.. Selalu ada jalan. Where there's a will, there's a way bro.

Sayangnya papa dipindah-tugaskan lagi di tahun 2007, sehingga saya pindah sekolah ke Bandung. Selamat tinggal TV kabel, good bye perpus tercinta. Hiks.. Untungnya, sekitar 2 blok dari rumah ada "TB Kiky", dimana kita bisa pinjam macam-macam buku, dari kalkulus sampai ke komik. Jadi as you already guess, HarPot ke-6 saya pinjam disana. Nah, di tahun 2007 itu seri Harry Potter terakhir (buku ke-7) rilis. Kali ini saya benar-benar bertekad untuk mendapatkan buku satu ini. Dan pucuk dicinta ulam pun tiba, tanpa saya minta, ibu membelikan buku Harry Potter terakhir!! Aaaaa.. Dari buku 1-7 cuma buku ke-7 yang saya punyaaaa.. Buku itu saya tuntaskan dalam waktu 3 hari.

Film Harry Potter ke-6 dan ke-7 (2 bagian) masing-masing tayang di tahun 2009, 2010, dan 2011. Hanya tiga film itulah yang akhirnya saya tonton di bioskop. Yang saya amati dari semua film dan buku  Harry Potter ialah.... bahwa jelas lebih asyik baca novelnya. Tapi filmnya juga gak sepenuhnya jelek kok. Yang saya salut di filmnya ialah casting pemerannya, terutama Alan Rickman yang berperan sebagai Snape. Music theme Harry Potter juga keren, ikonik banget. Sedangkan keunggulan bukunya, ialah penjelasan kejadian yang lebih detail, bahasanya menarik, mengalir, dan mudah dicerna. Dari buku itu kita benar-benar melihat keahlian penulis: bagaimana JK Rowling bisa menarik benang merah dari buku 1-6 menjadi satu kesatuan di buku ke-7. Semua kebingungan itu terjawab, dan rasanya puas banget. Saya sampai book hangover setelah menamatkan novelnya.

Anyway, belakangan ini saya mengoleksi film Harry Potter 1-7, tapi entah kenapa Harry Potter and The Deathly Hallow part 1 file-nya gak beres. Kalo ada yang punya, boleh bagi dooong.. Plus, saya juga lagi berupaya koleksi buku Harry Potter 1-6, kalo ada yang mau jual secondhand, boleh lhoo.. *wink*
Saya sempat ikut fans page Harry Potter di tahun 2007, semacam RPG gitu, and it was surprisingly full of Indonesian people! Gak tau kalo sekarang.hehe.. Kalo penasaran, nama site-nya hexrpg.com. Kapan-kapan saya bahas deh. Thanks for reading my article and I hope you like it. Share pengalamanmu juga ya! :)

Glosarium:
-Ngambo'i = bahasa Palembang, artinya pamer, nyirik-nyrikin.
-Book hangover = The inability to start a new book because you are still living in the old book's world (gagal move on ke buku lain).

Comments

Popular posts from this blog

Lagu India yang Disadur Menjadi Lagu Dangdut

Contek-menyontek udah gak asing lagi di Indonesia, mulai dari bangku sekolah sampai ke tingkat perfilman, ranah permusikan, dan entah apa lagi. Bahkan, musik dangdut yang didefinisikan sebagai " a music of my country" pun gak luput dari praktek ini. Sudah begitu, nyontek dari negara lain pula. Stadium paling parah dari kegiatan contek-menyontek ini -dan sepatutnya dihindari- adalah plagiarisme. Dalam artikel yang dibahas kali ini, saya gak menggunakan istilah plagiat untuk mendefinisikan lagu-lagu dalam daftar yang akan saya jabarkan, melainkan saduran. Soalnya, beberapa lagu merupakan hasil saduran dan kerjasama, meskipun beberapa lainnya kemungkinan besar memang plagiat. Untuk meyakinkan diri "yang mana" menyadur "yang mana", saya usahakan untuk menyertakan tahun rilis masing-masing lagu.   So , berikut beberapa lagu India yang disadur menjadi lagu dangdut, dari yang terang-terangan sampai yang gak disangka-sangka. Biar lebih seru, coba dengar lag

Jingle Iklan Ikonik di Indonesia

Gak terasa bertemu lagi dengan akhir pekan di minggu kedua bulan Juni. Sabtu yang cerah gini enaknya dipakai jalan-jalan sama teman, leyeh-leyeh santai di kamar sambil baca buku, atau hiburan yang paling monoton: nonton TV. Tapi sebenarnya apa sih yang kamu tonton? Kadang nonton TV tuh kayak nonton iklan diselingi acara TV, bukan acara TV yang diselingi iklan. But somehow , semalas apa pun kamu sama pariwara yang berseliweran di televisi, mau gak mau kadang tetap kamu tonton juga. Ngaku deh. Apalagi iklan yang muncul di sekitar jam tayang acara favoritmu. Kalo lagi males ganti channel ya terpaksa dipantengin juga, terutama kalo acara TV lain yang tayang saat itu yang model begini . Akibatnya, dari sekian banyak iklan tersebut ada aja iklan yang nempel di kepala, entah karena tagline nya, plot nya, atau jingle nya. Gak percaya?  Coba baca kalimat di bawah ini tanpa menyanyikannya: "Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstraknya"   Iklan produk te

[Lagu Daerah] Pempek Lenjer -Kord Lirik Arti-

Suatu hari di kantin, saya disapa teman saya yang orang Bengkulu. Walaupun saya orang Palembang, tapi karena akar bahasa sama-sama Melayu, maka tak menghalangi kami menggunakan bahasa daerah. Setelah dia berlalu, teman duduk saya yang rata-rata orang Jakarta dan Bogor langsung menimpali: " Roaming cuy , tadi ngobrol apa deh? Ajarin doooong". Terlepas dari respon saya yang hanya cengengesan serta perkataan dia saat itu yang kemungkinan 80% basa-basi dan 20% penasaran, saya jadi kepikiran: "Why not?" Bahasa Palembang itu cukup mudah bagi penutur bahasa Indonesia. Ganti saja huruf belakang kata Indonesia dengan huruf "o", sisanya yah.. memang kadang bahasa Palembang rada *nyemelo . Mengartikan bahasa Palembang ke bahasa Indonesia jadi gampang-gampang susah akibat kata-kata nyemelo itu. Saya percaya, salah satu cara paling ampuh dalam mempelajari bahasa asing ialah dengan sering mendengar lagu bahasa tersebut. Tidak terkecuali untuk bahasa daerah.